![]() |
Banten pada masa prasejarah.dok.pribadi |
Masa prasejarah adalah periode waktu yang sangat panjang dalam sejarah manusia, yang dimulai sejak munculnya manusia pertama di bumi hingga munculnya tulisan dan catatan sejarah. Masa ini berlangsung selama ratusan ribu tahun, dan dapat dibagi menjadi beberapa tahap berdasarkan perkembangan teknologi, sosial, dan budaya.
Tahap-Tahap Masa Prasejarah
1. Paleolitikum (Zaman Batu Tua
Tahap awal masa prasejarah, yang ditandai dengan penggunaan alat-alat batu sederhana dan gaya hidup nomaden. Manusia pada tahap ini hidup dalam kelompok kecil dan bergantung pada berburu dan mengumpulkan makanan.
2. Mesolitikum (Zaman Batu Tengah)
Tahap kedua masa prasejarah, yang ditandai dengan penggunaan alat-alat batu yang lebih kompleks dan gaya hidup yang lebih menetap. Manusia pada tahap ini mulai mengembangkan teknologi dan organisasi sosial yang lebih kompleks.
3. Neolitikum (Zaman Batu Baru)
Tahap ketiga masa prasejarah, yang ditandai dengan penggunaan alat-alat batu yang lebih maju dan gaya hidup yang lebih kompleks. Manusia pada tahap ini mulai mengembangkan pertanian dan peternakan, yang memungkinkan mereka untuk hidup dalam komunitas yang lebih besar.
Kehidupan Masa Prasejarah di Banten
Membahas Banten pada masa prasejarah berarti kita harus menarik Waktu ke belakang sekitar 10.000 - 5.000 tahun yang lalu. Di Banten ditemukan sisa-sisa teknologi tingkat kehidupan masa bercocok tanam, juga ditemukan sisa-sisa budaya gua, dan tradisi pembuatan alat-alat batu inti dan serpih bilah di Cigeulis, Pandeglang.
Pada Kala Plestosin kurang lebih 3 juta – 10.000 tahun sebelum Masehi di mana terjadi penurunan drastis suhu bumi sehingga es yang biasanya hanya ada di daerah kutub telah meluas, dan permukaan air laut turun drastis, disamping terjadi pengangkatan daratan sehingga juga terbentuk gunung/ pegunungan baru.
Kala itu, Pulau Jawa, Sumatra dan Kalimantan masih menjadi satu dataran dengan benua Asia dan Eropa, yang disebut dengan paparan Sunda (Sunda shelf), sedangkan pulau-pulau di bagian timur Indonesia bersatu dengan Australia yang disebut paparan Sahul (Sahul shelf). Masa inilah yang diduga sebagai masa penyebaran penduduk Nusantara.
Setelah adanya perubahan iklim yang diikuti dengan pencairan es, pulau-pulau tersebut menjadi terpisah oleh lautan. Selat Sunda yang dulunya merupakan sungai besar, berubah menjadi selat yang memisahkan Sumatra dan Jawa. Dengan ditemukannya singkapan endapan tanah formasi plestosen di Banten, maka diyakini bahwa daerah ini muncul semasa dengan munculnya benua Asia (Kartodirdjo, 1975: 33).
Secara umum kehidupan manusia masa prasejarah melalui beberapa tahapan seperti masa berburu, masa mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, dan masa kemahiran teknik (perundagian). Banten juga melalui masa ini. Di Cigeulis, Pandeglang, Banten ditemukan berupa kapak perimbas, kapak penetak, pembelah dan serpih bilah. Di Sanghiyang Sirah, Ujung Kulon juga ditemukan lukisan gua yang kemungkinan besar dibuat oleh penghuni gua pada masa itu.
Pada tahun 1980 ketika Departemen Pekerjaan Umum melaksanakan perluasan dan perbaikan irigasi DAS Cibanten Hilir tepatnya di plot Kampung Odel, Desa Kasunyatan, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang sekitar 2 km di selatan Masjid Agung Banten, ditemukan berbagai benda berciri prasejarah, seperti serpih, bilah, alat batu inti, beliung persegi, belincung, fragmen gerabah "cord-marked", manik-manik, fragmen gelang dan cincin perunggu, yang seluruhnya bercampur dengan temuan-temuan yang berciri Banten-Islam.
Pada tingkat kehidupan berikutnya, wilayah Banten memasuki masa proto sejarah yang antara lain ditandai oleh kehadiran, pembuatan dan penggunaan benda-benda logam, yang secara tipologis di masa-masa lalu sering dikaitkan dengan Budaya Dongson. Penemuan berbagai kapak perunggu tipe kapak corong di Pamarayan, Kopo, Pandeglang, Cikupa dan Cipari. Selain itu ditemukan pula benda-benda perunggu dan besi dari jenis senjata dan alat-alat pertanian, menunjukkan jenis penggunaan dan pengenalan terhadap teknologi pembuatan benda-benda logam itu sendiri.
Proto-sejarah wilayah Banten semakin lengkap dengan ditemukannya situs yang mengandung sistem penguburan di Anyer. Tempayan kubur Anyer berisi tulang belulang manusia yang mayatnya dikuburkan secara primer beserta benda-benda gerabah dan atau perunggu yang berfungsi sebagai "bekal kubur". Situs Anyer ditemukan pada tahun 1954, dan pada tahun berikutnya (1955) diselidiki oleh Hendrik Robert van Heekeren dan Basuki, dan baru pada tahun 1980-an dilanjutkan penelitiannya oleh Haris Sukendar dan Joyce Ratna Indraningsih. Diduga kebudayaan demikian adalah sisa dari kebudayaan megalitik tua (4500 - 2500 SM) yang berkembang di sana.
Menurut Rumbi Mulia (1980: 609), penemuan-penemuan bangunan arca/area megalit di wilayah Banten, antara lain ditemukan di:
- Tenjo, Pandeglang: arca dengan teknik pahat dasar, seluruh bagian utama tubuh lengkap, bentuk-bentuk dan ukuran mata, telinga tidak proporsional. Arca ini sekarang disimpan di Museum Nasional (Inv. no. 480n), digambarkan dalam posisi duduk.
- Candi, Lebak: bangunan megalit dengan 11 arca di atasnya, yang seluruhnya kini disimpan di Museum Nasional (Inv. No. 4222 s/d 4232).
- Kerta, Parengkujang, Lebak: ditemukan arca dari batu tanah liat (clay-stone), disimpan di Museum Nasional (Inv. No. 3865).
- Kosala, Lebak: bangunan berundak dan di dekatnya ditemukan arca yang dikenal sebagai arca Kosala, pahatan menggambarkan posisi sedang duduk.
Bangunan megalit Kosala dan Arca Domas mem-perlihatkan adanya hubungan dengan orang-orang Baduy yang kini hidup meng-isolir diri di daerah Banten Selatan. Monumen-monumennya berupa bangunan batu berundak lima tingkat, dan pada setiap undak terdapat menhir (Soejono et al., 1984: 219). Dalam kompleks tersebut dijumpai batu berbentuk segi lima, di bagian bawah yang tertanam dalam tanah terdapat sejumlah batu bulat bergaris tengah antara 10 - 15 cm.
Di situs ini pula terdapat arca kecil melukiskan tokoh yang duduk bersila, ditemukan dekat bangunan berundak. Kedua tangan arca ini digambarkan dilipat ke depan, dan salah satu tangannya mengacungkan ibujari. Arca Domas memiliki 13 undakan batu, dan undak paling atas didirikan sebuah menhir berukuran besar. Menurut kepercayaan orang Baduy, menhir ini merupakan lambang dari Batara Tunggal sang pencipta roh, dan kepadanya pula roh-roh tersebut kembali.
Peninggalan megalit di Lebak Sibedug berupa bangunan berundak empat, yang seluruhnya setinggi 6 meter. Di depan undakan batu ini terdapat lahan datar dan di sini pula terdapat sebuah menhir yang ditunjang batu-batu berukuran kecil.
Bangunan berundak di Kosala, Arca Domas dan Lebak Sibedug tersebut, masih dipuja dan dikeramatkan, dan karenanya bangunan-bangunan megalit di Banten Selatan ini termasuk kategori living megalithic culture, yang berarti benda-benda arkeologi/megalit yang masih berada dalam konteks sistem perilaku pendukungnya.
Kesimpulan
Masa prasejarah di Banten merupakan periode waktu yang sangat panjang dan kompleks, yang dimulai sekitar 10.000 - 5.000 tahun yang lalu. Manusia di Banten pada masa ini telah mengalami perkembangan yang signifikan, dari gaya hidup nomaden hingga mengembangkan pertanian dan peternakan, serta mengenal dan menggunakan benda-benda logam. Penemuan-penemuan arkeologi di Banten juga menunjukkan bahwa manusia di Banten pada masa prasejarah telah memiliki kemampuan artistik, ekspresi diri, dan nilai-nilai spiritual yang kompleks.
Tidak ada komentar