![]() |
Ilustrasi/Menulis |
“Jika kamu membaca, maka kamu harus menulis, karena dengan menulis kamu dipaksa untuk mengingat apa yang pernah kamu baca,” #Suardi
Di era sekarang ini, keadaan di mana kita semakin dimudahkannya dengan teknologi -informasi, apakah masih ada yang mau membaca dan menulis? Misalnya, membaca artikel berjudul “Islam Bukan Sekadar Agama,” apakah menulis artikel semacam itu masih ada yang mau membaca? kalau pun ada, apakah bacaan semacam ini penting untuk menambah ilmu pengetahuan. Karena di era teknologi-informasi yang semakin cangkih ini, pengetahuan-pengetahuan semacam ini mudah untuk dicari. Kita hanya tinggal searching di google atau tinggal mengetikan misalnya, jelaskan dari judul “Islam Bukan Sekadar Agama”, maka google yang dibantu oleh Artificial Intelegci (AI) itu akan membuatkan artikelnya dan kita tinggal membacanya tanpa mesti menulis. Berbeda dengan zaman dulu, tulisan atau artikel sangat penting sebagai sumber informasi untuk menambah wawasan.
Sebelum adanya google, AI, Youtube, atau media sosial, buku sangatlah penting, membaca sangat penting, dan karya-karya tulis juga sangat berharga. Tapi setelah adanya teknologi-informasi, orang yang senang membaca semakin berkurang terutama dikalangan generasi sekarang, apalagi menulis. Menurut pengakuan anak kelahiran 2000-an, mereka lebih senang melihat informasi dari media sosial, scroll reels di Instagram, Facebook, dan TikTok. Di zaman sekarang ini sudah tidak menarik lagi jika mencari informasi hanya dari membaca artikel dan buku. Generasi sekarang lebih menyukai konten video yang dipadukan suara, tulisan dan gambar yang menarik, maka tak heran jika kemudian minat membaca buku semakin sedikit, terakhir angka membaca buku di Indonesia hanya 0,001 yang artinya dari 1000 orang, hanya 1 orang yang senang membaca.
Melihat fenomena di atas, lalu apa gunanya menulis? Bukankah orang menulis supaya dibaca? Kegiatan menulis bukan hanya untuk dibaca oleh pembaca, tetapi kegiatan menulis adalah bentuk kreativitas seseorang. Kegiatan menulis adalah keterampilan untuk menuangkan ide dan gagasan. Adapun urusan ada yang mau membaca atau tidak dikembalikan kepada masing-masing orang, jika memang tidak senang membaca, kita tidak bisa memaksakan. Tetapi menulis itu penting, karena dengan menulis, kita akan dipaksa untuk mengingat kembali apa yang sudah kita baca. Maka, jika kita membaca, baiknya kita belajar menulis juga. Kegiatan menulis dapat melatih otak untuk berpikir kritis. Bagi pemula, baiknya setelah membaca atau mendapat informasi penting dari media sosial, bisa menuliskan point pentingnya saja, karena hal itu tidak kita sadari bisa melatih nalar dan meningkatkan kreativitas kita. Lalu bagaimana dengan mereka yang senangnya scroll-scroll media sosial saja? Tak mengapa, tidak mesti dipaksakan juga, yang terpenting tetap kritis terhadap konten, memilih mana yang lebih bemanfaat dan yang kurang bermanfaat.
Intinya, membaca dan menulis adalah dua kegiatan yang berbeda, tetap keduanya saling berkaitan. Orang yang membaca belum tentu menulis, tetapi orang yang menulis sudah pasti membaca. Membaca adalah tahap awal agar kita memiliki bahan untuk kita tuliskan. Tapi banyak juga orang yang tidak senang membaca tetapi ia pandai menulis. Nah, dia menulis dengan intuisinya, apa yang dia lihat dan yang ia rasakan dia tuangkan dalam bentuk tulisan. Tetapi, penulis semacam itu biasanya lebih tentang fiksi, ia menggunakan imajinasinya, sedangkan jika kita ingin menulis tulisan ilmiah yang berbobot kita harus membaca ilmu pengetahuan ilmiah. Belajarlah filsafat, logika dan bahasa, padukan antara pikiran dan perasaan, hal itu akan lebih bagus lagi. Saya masih belajar menulis, demikian semoga bermanfaat ....
Tidak ada komentar