Konten [Tampil]
Materi kaderisasi PMII tentang analisis sosial dan rekayasa sosial/gambar ilustrasi/sumber gambar: menlhk.go.id

Salah satu materi kaderisasi yang menurut saya sangat penting untuk didiskusikan di Pegerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) adalah materi tentang analisis sosial dan rekayasa sosial. Materi ini penting agar kader PMII memiliki kerangka berpikir dalam memahami berbagai gejala dan fenomena sosial. Dengan memahami ilmu analisis sosial dan rekayasa sosial ini, kader PMII juga nantinya akan memiliki kemampuan berpikir kritis, dan yang paling penting adalah memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah-masalah sosial. 

Pembahasan analisis sosial dan rekayasa sosial sangatlah luas, sehingga dibutuhkan kajian mendalam untuk memahaminya secara utuh dan koheren. Tapi kita bisa mempelajarinya dari hal-hal yang sifatnya dasar terlebih dahulu, misalnya apakah analisis sosial dan rekayasa sosial itu? Bagaimana cara melakukan analisis sosial? Nah, pertanyaan-pertanyaan mendasar semacam ini harus kita pahami terlebih dahulu, baru kita bisa menentukan langkah berikutnya yakni melakukan analisis atau pengamatan terhadap berbagai fenomena sosial. 

Objek kajian analisis sosial dan rekayasa sosial adalah masyarakat dan perubahannya. Ada sebuah adagium mengatakan, tidak ada yang abadi di dunia ini, karena yang abadi hanyalah perubahan itu sendiri. Jadi masyarakat akan terus berubah, entah itu perubahan regress atau pun perubahan progress. Yang pasti setiap perubahan membawa dua sisi, ada sisi positif dan ada sisi negatif. Berdasarkan waktunya perubahan juga dibedakan menjadi dua yaitu perubahan sosial evolusi dan perubahan sosial revolusi. Kemudian perubahan yang dikehendaki dan perubahan yang tidak dikehendaki.

Meskipun keduanya saling berkaitan, analisis sosial dan rekayasa sosial adalah dua konsep yang berbeda. Perbedaanya adalah sebagai berikut; 1) analisis sosial berfokus pada memahami fenomena sosial, sedangkan rekayasa sosial berfokus pada mengubah atau memperbaiki masyarakat; 2) analisis sosial bersifat deskriptif, sedangkan rekayasa sosial bersifat preskriptif; 3) analisis sosial memerlukan data dan informasi yang akurat, sedangkan rekayasa sosial memerlukan rencana dan implementasi yang efektif. 

Analisis Sosial

Analisis sosial atau biasa disingkat Ansos adalah usaha untuk menganalisis suatu keadaan atau masalah sosial secara objektif (sebenarnya). Analisis sosial merupakan kegiatan pengumpulan, penguraian dan penelaahan informasi yang dilakukan oleh masyarakat, untuk mengetahu kebenaran akar persoalan. Tujuan analisis sosial adalah untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang masyarakat dan fenomena sosial. Ansos berguna untuk mendapatkan gambaran lengkap mengenai situasi sosial dengan menelaah kaitan-kaitan historis (sejarah), struktur (susunan) dan konsekuensi (akibat) dari suatu permasalahan.

Aspek-aspek yang menjadi objek analisis sosial adalah; 1) Struktur sosial (keluarga, kelompok sosial, institusi sosial); 2) Proses sosial (sosialisasi, interaksi sosial, dan perubahan sosial); 3) Perilaku sosial (perilaku individu, perilaku kelompok, dan perilaku sosial); 4) Isu-isu sosial (kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, pelacuran, kesenjangan sosial, konflik sosial dan lain-lain). 

Objek analisis sosial ini bisa berbeda-beda tergantung pada konteks dan tujuan analisis. Aspek-aspek ini bisa kita analisis dengan menggunakan berbagai pendekatan, seperti pendekatan kuantitatif, pendekatan kualitatif, atau pun pendekatan teoritis. 

Pendekatan Analisis Tingkatan Struktur

Pendekatan ini sangat berguna untuk membantu kita mempelajari fenomena sosial. Analisis tingkatan struktur memberikan perhatian yang tinggi terhadap suatu struktur yang mengarahkan kehidupan manusia. Analisis tingkatan struktur meliputi analisis struktural fungsional dan analisis stuktural konflik. Analisis struktur fungsional menempatkan manusia sebagai makhluk yang taat dan patuh terhadap pola struktural yang fungsional bagi kehidupannya. Adapun analisis struktural konflik memposisikan manusia sebagai makhluk yang malang karena senantiasa tunduk dan patuh pada kondisi struktural konflik yang senantiasa melingkupi kehidupannya. 

1. Teori Struktural Fungsional

Teori struktural fungsional menjelaskan bagaimana berfungsinya suatu struktur. Dalam kehidupan sosial, struktur sengaja dibuat agar kehidupan masyarakat menjadi terstruktur, stabil dan terpola. Misalnya, saya bekerja di suatu intansi atau lembaga. Saya akan melakukan hal yang sama setiap hari, mulai dari bangun tidur sampai pulang lagi ke rumah. Aktivitas ini saya lakukan setiap hari. Bukan hanya saya yang melakukan aktivitas seperti ini, orang lain pun juga melakukan hal yang sama, yang tentunya dalam tempat dan dengan variasi yang berbeda. Kegiatan itu saya lakukan secara mantap dan stabil, dari hari ke hari, dari bulan ke bulan, dan dari tahun ke tahun. Teori struktural fungsional melihat bahwa masyarakat terikat oleh struktur sosial yang ada. 

Teori struktur fungsional juga memandang bahwa sesuatu itu akan tetap ada selama memiliki fungsi. Oleh sebab itu, kemiskinan misalnya, akan tetap ada sepanjang ia memiliki fungsi.  Herbert Gans (1972) menemukan fungsi kemiskinan pada masyarakat Amerika Serikat. Menurutnya, kemiskinan menyediakan tenaga kotor bagi masyarakat, kemiskinan memunculkan dana-dana sosial, kemiskinan juga menjadi alasan bagi munculnya kalangan orang kaya yang membantu orang miskin dengan berbagai badan amal. Bagaimana dengan Indonesia? Misalnya kita ingin mengamati masalah korupsi, dengan mengikuti cara berpikir Gans tentang kemiskinan, maka korupsi memiliki fungsi; 1) katub penyelamat bagi orang yang mempunyai pendapatan rendah; 2) sarana bagi-bagi (redistribusi) pendapatan; 3) cara singkat menjadi kaya. 

2. Teori Struktural Konflik

Berbeda dengan teori struktural fungsional, teori struktural konflik melihat bahwa bahwa setiap struktur memiliki berbagai elemen yang berbeda. Teori struktural konflik adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk menganalisis konflik sosial dan politik dengan mempertimbangkan struktur sosial dan ekonomi yang mendasarinya. Teori ini berfokus pada struktur sosial yang ada dalam masyarakat, termasuk hubungan antara kelompok-kelompok sosial, institusi, dan struktur kekuasaan. Teori ini memandang konflik sebagai hasil dari ketidaksetaraan dan ketidakadilan dalam struktur sosial. 

Teori struktural konflik mempertimbangkan peran kekuasaan dalam mempertahankan atau mengubah struktur sosial. Teori ini dipengaruhi oleh teori Marxisme yang memandang konflik sebagai hasil dari perjuangan kelas. Teori ini menganalisis bagaimana kekuasaan digunakan untuk mempertahankan atau mengubah struktur sosial. Melalui pemahaman tentang teori struktural konflik ini kita bisa mengidentifikasi struktur sosial yang ada dalam masyarakat, termasuk hubungan antara kelompok-kelompok sosial dan institusi. 

Langkah-Langkah Melakukan Analisis Sosial

Berikut ini adalah langkah-langkah analisis sosial:

Langkah 1: Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah sosial yang ingin di analisis, seperti kemiskinan, ketidaksetaraan, atau konflik sosial.

Langkah 2: Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang relevan dengan masalah sosial yang diidentifikasi, seperti data statistik, wawancara, atau observasi.

Langkah 3: Analisis Data

Analisis data yang telah dikumpulkan untuk memahami pola, tren, dan hubungan antara variabel-variabel sosial.

Langkah 4: Identifikasi Faktor Penyebab

Identifikasi faktor-faktor penyebab masalah sosial, seperti faktor ekonomi, politik, atau budaya.

Langkah 5: Analisis Kebijakan

Analisis kebijakan-kebijakan yang terkait dengan masalah sosial, seperti kebijakan pemerintah, kebijakan organisasi, atau kebijakan masyarakat.

Langkah 6: Pengembangan Solusi

Pengembangan solusi-solusi yang efektif untuk mengatasi masalah sosial, seperti program pembangunan, kebijakan sosial, atau intervensi masyarakat.

Langkah 7: Evaluasi dan Monitoring

Evaluasi dan monitoring solusi-solusi yang telah dikembangkan untuk memastikan bahwa solusi-solusi tersebut efektif dan efisien.

Langkah 8: Pelaporan dan Diseminasi

Pelaporan dan diseminasi hasil analisis sosial kepada pihak-pihak yang terkait, seperti pemerintah, organisasi, atau masyarakat.

Dengan mengikuti langkah-langkah analisis sosial tersebut, kita dapat memahami masalah sosial dengan lebih baik dan mengembangkan solusi-solusi yang efektif untuk mengatasi masalah-masalah sosial.

Rekayasa Sosial

Rekayasa sosial merujuk pada proses perubahan sosial yang disengaja dan terencana. Rekayasa sosial melibatkan manipulasi dan pengaruh terhadap struktur sosial, institusi, dan perilaku individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi rekayasa sosial merupakan salah satu cara untuk melakukan perubahan. Rekayasa sosial berfungsi untuk: pertama, adalah alat kontrol sosial yaitu gerakan ilmiah menjadi landasan untuk menggeser cara pandang masyarakat; kedua, alat politik yaitu untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat sebagai bagian dari pelaku perubahan sosial; ketiga, pemersatu bangsa yaitu adanya sebuah tujuan di masyarakat untuk menuju kesejahteraan bersama. 

Jalaludin Rahmat dalam bukunya berjudul Rekayasa Sosial, mengemukakan ada tiga sebab musabab perubahan sosial; pertama perubahan terjadi karena ideas: pandangan hidup, pandangan dunia dan nilai-nilai. Salah satu penganut teori ini adalah Max Weber,  yang menganggap bahwa ideologi mempunyai peranan besar sebagai variabel independen, bagi perkembangan masyrakat. Kedua, yang mempengaruhi terjadinya perubahan sosial dalam sejarah adalah great individuals yang juga disebut heroes. Salah satu pengikutnya adalah Thomas Cayley. Ketiga, perubahan sosial bisa terjadi karena munculnya social movement yaitu suatu gerakan sosial yang terorganisir dan berkelanjutan, yang bertujuan untuk mencapai perubahan sosial, politik, atau ekonomi. Contoh dari social movement seperti gerakan Hak Asasi Manusia (HAM), Gerakan Feminimisme, Gerakan Lingkungan, Gerakan Anti-Korupsi dan lain sebagainya.

Ada beberapa yang harus kita catat dalam melakukan rekayasa sosial; pertama, dalam melakukan rekayasa sosial harus dihindari berbagai bentuk asumsi-asumsi yang kemudian disebut sebagai kesesatan berpikir. Kedua, tantangan rekayasa sosial bisa saja berasal dari masyarakat yang hendak dilakukan suatu perubahan sosial terhadapnya, sehingga harus adanya perencanaan yang matang, bisa jadi malah kita yang menjadi penyebab melembaganya masalah sosial tersebut. 

Umtuk materi rekayasa sosial, lebih lengkapnya bisa baca disini: https://www.referensikelas.com/2025/02/materi-kaderisasi-pmii-part-2-memahami.html

Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, saya akan memberikan kesimpulan secara singkat, padat dan jelas. Jadi analisis sosial dan rekayasa sosial adalah dua konsep yang saling terkait. Analisis sosial bertujuan untuk memahami fenomena sosial, sedangkan rekayasa sosial bertujuan untuk mengubah atau memperbaiki masyarakat. Dalam melakukan rekayasa sosial, perlu adanya perencanaan yang matang dan menghindari asumsi-asumsi yang salah. Mungkin demikian penjelasan tentang materi kaderisasi PMII ini, semoga bermanfaat.

*Catatan:

Materi ini saya sampaikan pada Pelatihan Kader Dasar (PKD) PMII Komisariat STIT Al-Khoiriyah pada Sabtu, 22 Februari 2025 di Ponpes Al-Bustaniyah, Kota Cilegon, Provinsi Banten.