Konten [Tampil]
Gambar tikus

Tikus adalah hama bagi negara. Tikus sifatnya rakus, ia tidak akan pernah merasa puas. Apapun, jenisnya yang namanya tikus tetap saja tikus, ia harus dibasmi. 

Mau dia berada di lembaga pendidikan, mau di lembaga penegak hukum, bahkan lembaga zakat amal dan haji sekali pun, yang namanya tikus harus dibasmi.

Tapi di negara yang sudah banyak tikus akan sangat sulit untuk membasminya. Terlebih tikus itu punya kuasa, maka akan lebih sulit juga untuk menangkapnya.

Miris memang, tikus di dalam negara bukannya tambah sedikit, malah tambah banyak. Apalagi semenjak oknum kucing jadi tikus, negara semakin rusak.

Presiden ke 4 kita, Andurohman Wahid atau yang biasa disapa Gus Dur pernah memberikan solusi untuk membasmi tikus-tikus dalam negara. 

Pertama-tama katanya, lihat dulu dimanakah tikus itu berada. Kemudian lihat apakah tikusnya sudah menguasai lumbung atau belum. 

Kalau tikus sudah menguasai lumbung maka akan sulit menangkapnya. Maka, bakar lumbungnya," kata Gus Dur sambil tertawa dalam acara Kick Andi.

Demikianlah kata Gus Dur. Sebenarnya apa yang diungkapkannya ini bisa dimengerti. Dalam teori sosial, ungkapkan Gus Dur itu termasuk analisis struktural fungsional.

Pernah saya menyampaikam dalam suatu diskusi. Saya mengatakan, kenapa korupsi hingga sekarang masih ada, karena korupsi memiliki fungsi. 

Tokoh sosoiolog, Herbert Gans mengatakan korupsi itu akan tetap ada sepanjang memiliki fungsi. 

Kata Gans, fungsi korupsi; pertama, menjadi jalan pintas orang untuk kaya; kedua, menambah penghasilan bagi kroni-kroninya.

Tetapi tikus adalah hama. Mana ada tikus membangun negara, tikus hanya menggerogoti sendi-sendi negara. 

Bayangkan warganya setengah mati cari uang untuk bertahan hidup. Tetapi selama ia hidup, ia tetap membayar pajak. 

Tapi lihat, mereka yang dihidupi negara, dijamin oleh negara, dimanusiakan oleh negara, tapi masih memilih jadi tikus.

Kiranya kita pernah mendengar apa penyebab VOC bangkrut. Ya, kebangkrutan VOC disebabkan oleh tikus-tikus. 

Tikus tidak punya prinsip ketuhanan. Tikus memang begitu, jangankan takut hukum, kepada tuhan saja mereka tidak takut.

Banyaknya tikus adalah sebab ketiadaan moral. Prinsip hidupnya sekadar mencari kesenangan dunia, ia tidak punya moral. 

Soal moral saya juga teringat sebab-sebab kemunduran Islam pada dinasti Abasiyah. Kejayaan Abasiyah faktanya tidak bertahan lama. 

Apa penyebabnya. Ibnu Khaldun mengatakan karena kebobrokan moral, diantaranya para pejabatnya yang yang jadi tikus. 

Kembali lagi pada teori analisis sturktural fusngsional sebagai dasar berpikir Gus Dur dalam membasmi tikus. 

Menurut teori ini, sistem sosial yang terwujud dalam bentuk lembaga atau institusi sosial adalah prodak dari rekayasa sosial. 

Suatu, lembaga akan tetap ada sepanjang memiliki fungsi. Misalnya, dinas pencatatan sipil akan tetap ada selama memiliki fungsi. 

Hal yang sama juga terjadi dalam kasus tikus. Jika memang suatu lembaga, tidak berfungsi karena dikuasai tikus, maka bubarkan saja lembaganya. 

Karena tidak mungkin kita merawat sarang tikus. Apa jadinya lembaga itu jika direkturnya tikus. Kalau kepalanya tikus, berarti bawahannya terpaksa jadi tikus. 

Kita meratapinya, betapa ngerinya tikus-tikus di zaman modern ini. Kita berharap, semakin banyak yang memburu tikus, biar lumbung rakyat tetap aman. 

Pastikan juga kucing-kucing tidak menjadi siluman tikus, karena kalau kucingnya berkerjasama dengan tikus, tidak mungkin yang memburu tikus itu adalah ayam.