![]() |
Bulan Ramadhan/ilustrasi/pixabay.com |
Setelah selesai puasa bulan Ramadhan penuh kita biasanya merayakannya yang disebut idul fitri. Kita sholat dua rakaat di pagi hari yang dinamakan sholat idul fitri, setelah itu jiarah dan kemudian berkunjung ke rumah saudara jauh untuk bermaaf-maafan. Kita mengucapkan selamat hari raya idul fitri, memohon maaf lahir dan batin. Ini sudah menjadi budaya dan akan terus dibudayakan karena termasuk ibadah wajib yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim setiap setahun sekali.
Ada pertanyaan ketika kita bermaaf-maafan. Kenapa kita mengucapkan mohon maaf lahir dan batin? Nah, ini memiliki makna yang dalam dan luas bahwa yang dinamakan puasa adalah puasa lahiriah (dohir) dan puasa batin. Puasa bukan sekedar menahan lapar, makan dan minum, tetapi puasa adalah menahan dari segala sesuatu yang membatalkannya. Sesuatu itu timbul dari nafsu sifat hewani kita.
Puasa berarti menyucikan diri selama satu bulan yang dinamakan bulan puasa Ramadhan. Puasa diawali dengan niat, maka sejak saat itu dalam ucapan dan hati, saat terbitnya fajar, sampai terbenamnya matahari kita menyatakan komitmen untuk tidak akan melanggar hal-hal yang membatalkan puasa sesuai syariat yang kita ikuti. Jangan sampai, kita hanya sekadar puasa dohir sedangkan hati dan pikiran kita ternyata tidak puasa.
Puasa Dohir
Pertama-tama saya akan membahas dulu apakah yang dimaksud puasa dohir itu? Sebetulnya, kita juga sudah paham, bahwa yang dinamakan puasa dohir itu berarti puasa dari sesuatu hal yang dohiriah, terlihat atau nampak. Misalnya, makan, minuman, atau sesuatu lain yang dapat menimbulkan kepuasan dari sesuatu yang berada di luar kita. Termasuk suami isteri melakukan hubungan badan di siang hari adalah hal yang membatalkan puasa. Termasuk seorang pemuda sengaja melihat perempuan cantik, dan timbul perasaan senang itu juga membatalkan puasa.
Masih banyak contoh lain yang itu dapat membatalkan puasa dohiriyah kita. Dulu waktu kecil kalau saya sedang puasa, saya sering mandi berkali-kali, bahkan sehari mandi itu bisa sampe 5-6 kali. Alasannya karena dengan mandi tersebut rasa lemas karena menahan lapar bisa sedikit lebih segar kembali. Nah, ini juga termasuk membatalkan puasa, karena kita melakukan sesuatu yang membuat jasmani kita bugar. Dan ini tentu membatalkan puasa dohir kita.
Saya rasa berkenaan dengan puasa dohir kita sedikitnya sudah banyak paham, karena sering mendengarnya. Tinggal dikembalikan lagi kepada diri kita apakah kita ini benar-benar ingin puasa sesuai niat kita ataukah tidak. Karena yang namanya puasa sedikitpun tidak boleh kita melakukan sesuatu yang dapat membatalkannya. Lebih jelasnya kita bisa membaca kembali hal-hal yang membatalkan puasa itu.
Diluar dari hal yang membatalkan puasa itu. Ada banyak hal yang boleh dilakukan secara dohir yang itu tidak membatalkannya, misalnya bekerja mencari nafkah, memberi santunan, menolong orang yang terjatuh, membersihkan lingkungan, dan lain sebagainya. Memang membuat lelah tapi aktivitas-aktivitas tersebut pahalanya berlipat ganda di bulan puasa. Jika tidak melakukan itu, maka kita dianjurkan untuk tidur, dan tidurnya kita juga bernilai ibadah.
Puasa Batin
Badan manusia ini terdiri atas raga dan ruh, jasmani dan ruhani. Keduanya saling membutuhkan, raga membutuhkan ruh agar ia hidup, dan ruh membutuhkan raga agar bisa menampakannya, agar ia benar-benar menjadi makhluk utuh yang disebut manusia.
Perbedaanya hanya satu, raga itu tidak abadi, ia akan rusak jika dirusak, dan akan rusak seiring berjalannya waktu. Manusia lahir, tumbuh, dan mati, itulah sifat raga. Ruh berbeda dengan jasad, ia abadi sekalipun jasadnya rusak. Karena keabadian ruh inilah, maka kita wajib mengimani adanya hari akhir.
Dalam konteks ini, bukan hanya jasad yang membutuhman nutrisi, rohani kita pun membutuhkan nutrisi. Dan nutrisi rohani itu adalah puasa. Sucikan ruh kita dengan amaliah ruh, sucikan jasad kita dengan amaliah jasad, hindari perbuatan yang dapat merusak ruh dan jasad kita.
Sebelum membahas apa itu puasa batin, pertama-tama kita harus menyepakati dulu apakah yang dimaksud dengan batin itu? Pengertian batin disini saya mengartikannya dalam pengertian psikologi. Dalam psikologi batin diartikan sebagai aspek dalam diri manusia yang berhubungan dengan emosi, pikiran dan kesadaran. Maka yang dimaksud dengan puasa batin, adalah puasa dari berburuksangka, iri, dengki, gibah, dan pikiran-pikiran buruk lainnya.
Masalahnya, menurut saya puasa batin lebih sulit daripada puasa dohir. Puasa batin berakitan dengan puasa ucapan, hati dan pikiran. Pertanyaannya, apakah hal-hal tersebut dapat membatalkan puasa?wallahualam. Saya tidak tau bagaimana hukumnya, yang pasti perbuatan tersebut adalah dosa dan dilarang oleh agama kita, yang pasti karena kita sedang menjalankan ibadah puasa, jelas bahea hal itu harus kita hindari. Maka itulah yang dimaksud puasa batin.
Kesimpulan
Pemaparan di atas adalah pemahaman saya sendiri. Saya tidak mengatakan sepenuhnya benar, maka dari itu kritik dan sarannya sangat saya harapkan. Dari pemaparan di atas saya akan simpulkan; pertama, bahwa ibadah puasa khususnya bulan suci Ramadhan adalah puasa lahir dan batin, sehingga setelah selesai melaksanakannya kita saling bermaaf-maafan dengan ungkapan "Minal Aidin Walfaidin, Mohon Maaf Lahir dan Batin.
Kedua, yang diamaksud puasa lahir adalah puasa dari sesuatu yang berwujud materi seperti makanan dan minuman, serta hal lain yang menimbulkan kenikmatan. Sedangkan yang dimaksud puasa batin, seperti yang sudah saya jelaskan di atas mengambil dari pengertian pasikologi, yaitu puasa dari perbuatan hati, dan pikiran yang buruk seperti hasad, dengki, suudzon, iri, dan lain sebagainya.
Semoga bermanfaat ....
Tidak ada komentar