Konten [Tampil]
Pentingnya peningkatan praktik kinerja bagi guru.

Pengelolaan kinerja Guru dilakukan di Platform Merdeka Mengajar (PMM). Pengerjaan kinerja ini dilakukan dalam dua periode yaitu periode Januari-Juni dan periode Juli - Desember. Pengelolaan kinerja di PMM ini wajib dikerjakan oleh guru karena akan tersingkronisasi langsung ke e-Kinerja guru. Melalui platform pengelolaan kinerja guru diharapkan dapat memahami ekspektasi yang diharapkan oleh atasan dalam siklus peningkatan kinerja.

Peningkatan praktik kinerja adalah upaya guru dan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja atau pembelajaran pada satu indikator kinerja pilihan. Upaya ini dijalankan melalui siklus peningkatan kinerja yang menekankan pada pengalaman langsung. Pertanyaannya, kenapa praktik kinerja diperluakan bagi guru? Nah, pada artikel ini kita akan membahas tentang pentingnya praktik kinerja bagi guru. 

Untuk menjelaskan pentingnya peningkatan kinerja bagi guru, saya akan mencontohkan dari dua orang guru bernama Pak Suardi dan Pak Robi. Kedunya adalah guru yang bersemangat dalam melaksanakan tugasnya. Namun, mereka berada di lingkungan yang berbeda. 

Selama menjalankan tugas profesi sebagai guru Pak Suardi tidak pernah mendapatkan umpan balik tentang caranya mengajar. Atasannya tidak pernah meminta Pak Suardi melakukan refleksi tentang efektivitas pembelajaran yang dilakukannya. Apa akibatnya? Pak Suardi tidak pernah merasa ada kebutuhan untuk perbaikan pembelajaran. Alhasil sebagai seorang pendidik, kompetensi Pak Suardi cenderung tidak meningkat.

Hal yang berbeda dialami oleh Pak Robi, atasan Pak Robi mendorongnya berefleksi untuk menyadari hal-hal yang sudah baik dalam kinerjanya dan memahami juga tantangan yang ia hadapi. Pak Robi mendapat umpan balik yang membangun melalui diskusi dengan atasannya. Ia juga mendapat dukungan untuk menindaklanjuti hasil refleksi dan diskusi mereka. Hal tersebut membuat Pak Robi memiliki pemahaman yang komprehensif terhadap kinerja dirinya sendiri. Ia merasa berdaya, mengembangkan diri, dan meningkatkan kompetensinya sebagai seorang guru.

Dari gambaran dua contoh guru di atas kita mendapatkan pemahaman bahwa refleksi dan umpan balik adalah dua hal yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja guru. Itulah mengapa sekolah didorong untuk memastikan setiap guru mendapatkan umpan balik dan melakukan refleksi kinerja. Namun, banyak guru yang merasa harus menampilkan hasil yang sempurna meskipun tidak menggambarkan kenyataan kinerja sehari-harinya. Padahal peningkatan praktik kinerja bukanlah penilaian dan penghakiman terhadap kekurangan  guru. 

Pengelolaan praktik kinerja tidak berorientasi pada hasil melainkan pada kualitas refleksi, upaya belajar, dan perubahan praktik yang dilakukan guru setelahnya. Guru perlu jujur mengakui tantangan yang dihadapi di kelas agar ia memiliki pijakan untuk melakukan perbaikan kinerjanya. Peningkatan praktik kinerja bukanlah tuntutan administratif semata, bukan tambahan pekerjaan baru dan tidak boleh membuat guru mengabaikan murid, pengelolaan praktik kinerja dilakukan guru sebagai bagian dari proses pendidik untuk terus berkembang setiap hari dengan didampingi dan didukung oleh atasan. 

Dalam praktik peningkatan kinerja guru, peran atasan yakni kepala sekolah sangatlah penting untuk mencapai tujuan dari peningkatan praktik kinerja kepala sekolah harus menjadi pihak yang mendorong refleksi agar guru dapat mengenali tantangan yang dihadapi dalam pekerjaannya. Sebagai pihak yang melakukan observasi terhadap praktik pembelajaran, kepala sekolah bukan untuk menilai atau menghakimi, tapi justeru untuk memberikan pandangan yang objektif terhadap kinerja guru. 

Dari refleksi yang dilakukan guru, ditambah dengan observasi yang dilakukan kepala sekolah, maka tindak lanjut yang dihasilkan merupakan kesepakatan yang tepat sasaran dan berdampak pada peningkatan kualitas praktik pembelajaran. Agar proses ini berjalan baik, maka kepala sekolah perlu memiliki kemampuan coaching, observasi, analisis serta komunikasi positif. Jika digambarkan dalam sebuah siklus peningkatan praktik kinerja dapat digambarkan dalam bagan berikut ini.

Diskusi persiapan > Observasi kinerja > Diskusi tindak lanjut > Upaya tindak lanjut > Refleksi tindak lanjut.


Sebelum memulai siklus peningkatan kinerja, sebaiknya kepala sekolah memberikan pemahaman kepada para guru terlebih dahulu. Guru-guru perlu memahami bahwa proses ini adalah kesempatan bagi mereka untuk berkembang dan berdaya. Dalam proses peningkatan praktik kinerja, guru memiliki kendali untuk menentukan tujuan pembelajarannya. Kepala sekolah hanya membantu dengan berperan sebagai coach dalam sesi diskusi. Lalu apa saja peran atasan dan bagaimana cara seorang atasan mendampingi guru di setiap tahapan siklusnya?

Peningkatan praktik kinerja tidak berfokus pada hasil observasi, jika berfokus pada hasil maka kekurangan menjadi aib yang ingin ditutupi. Observasi hanyalah sebuah alat bantu untuk guru berefleksi dan mendapatkan umpan balik terhadap praktik pengajarannya. Semangat yang ingin dibangun dalam peningkatan praktik kinerja adalah proses belajar dari pendidik. Dengan begitu, kekurangan dianggap sebagai kesempatan belajar, bukan aib. Pola pikir inilah yang perlu dimiliki oleh atasan dan juga guru sebelum memulai siklus peningkatan praktik kinerja.