Konten [Tampil]

Kelas IV (Empat) SDN 2 Narimbang Mulia/dok.pribadi.

Pada tulisan kali ini, saya ingin berbagi pratik mengajar menggunakan Virtual Reality di Kelas IV (Empat) SDN 2 Narimbang Mulia tempat saya mengajar. Kegiatan pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa terhadap keberadaan Musium Multatuli terutama dari perpsektif kesejarahan, karena ternyata banyak siswa di kelas IV yang tidak mengetahui tentang keberadaan Musieum Multatuli, padahal museum ini menjadi salah satu iconik wisata sejarah di Kabupaten Lebak. 

Ide pembelajaran ini muncul karena adanya tantangan. Jadi pada saat saya mengajar IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial) di Kelas IV, kebetulan saya sebagai wali kelasnya, saya bertanya kepada mereka, "Siapa yang pernah ke Museum,?" namun tidak ada satupun dari mereka yang mengacungkan tangan. Kemudian saya tanya, "Di Lebak juga ada loh museum, ada yang pernah ke Museum Multatuli?" tanya lagi saya. Ternyata mereka tidak tahu. Mereka hanya pernah mendengar, tapi tidak tahu, apalagi berkunjung ke Museum tersebut.

Saya merasa pengetahuan tentang Museum Multatuli sangat penting, karena didalamnya banyak sekali ilmu pengetahuan khususnya tentang sejarah Kabupaten Lebak. Saya sempat berpikir untuk membawa mereka berkunjung, namun setelah saya pikir kembali rasanya tidak mungkin karena cukup berisiko, kemudian juga kecil kemungkinan mendapat izin dari kepala sekolah dan orang tua siswa, apalagi ada larangan dari pemerintah untuk tidak boleh berkunjung belajar ke luar sekolah.

Saya masih berpikir bagaimana caranya mereka mengetahui Museum Multatuli. Kemudian, diawal pembelajaran saya coba menampilkan film Sejarah Multatuli melalui proyektor, selanjutnya saya memberikan pekerjaan rumah kepada mereka untuk mencari tahu siapa Multatuli dengan cara searching di google. Ternyata cara ini kurang efektif, nonton film saja tidak memunculkan sikap kritis kepada mereka, mungkin karena film Multatuli bagi mereka sulit dipahami, mereka hanya melihat dari tekstualnya, bukan makna dari film tersebut. Satu-satunya cara agar mereka paham, mereka harus melihat secara nyata.

Dari pengalaman pembelajaran tersebut, saya merasa perlu mencari cara dan akhirnya saya terpikirkan untuk menggunakan teknologi Virtual Reality (VR). Di era digital seperti sekarang ini Virtual Reality menjadi jawaban yang tepat sebagai media pembelajaran apabila kita mengalami kendala pada jarak, waktu dan biaya. Virtual Reality dapat menampilkan keadaan nyata dari setiap objek yang ingin kita kunjungi tak terkecuali Museum Multatuli. Kebetulan, setelah saya mencari tahu, Musieum Multatuli sudah menggunakan VR yang bisa diakses melalui web resminya https://virtual.museummultatuli.id/.

Profil Kelas IV SDN 2 Narimbang Mulia

SD Negeri 2 Narimbang Mulia/sumber foto:annibuku.com

SD Negeri 2 Narimbang Mulia terletak di Desa Narimbang Mulia, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak. Secara administratif, sekolah ini berada di kota, karena letaknya yang dekat pusat pemerintahan. SDN 2 Narimbang Mulia memiliki jumlah siswa yang banyak, dibandingkan dengan SDN Narimbang Mulia 1 meskipun letaknya berdekatan.
 
Berdasarkan data pokok pendidikan, jumlah siswa SDN 2 saat ini sebanyak 274 orang yang terdiri atas jumlah laki-laki 145 orang dan perempuan sebanyak 129 orang. Sekolah ini memiliki 6 rombongan belajar (rombel), namun jumlah siswa dalam satu rombel sangatlah banyak, bahkan untuk kelas 1 (Satu) mencapai 74 orang. Sementara itu, kelas IV jumlah siswa mencapai 47 orang dalam satu kelasnya.

Keadaan ini tentu saja melebihi kapasitas, sehingga pembelajaran kurang berjalan maksimal. Selain itu, kejadian-kejadian khusus yang dilakukan oleh siswa juga seringkali membuat kewalahan wali kelas, karena jumlahnya yang banyak sehingga lumayan sulit dalam pengelolaannya. Terkhusus siswa yang mengalami kendala belajar, tidak bisa dilayani satu persatu oleh guru karena keterbatasan waktu mengajar.

Struktur kelas Empat, diantaranya; Wali Kelas bernama Pak Suardi, S.Pd, Ketua Murid bernama Vricha, dengan dibantu oleh Wakil Ketua Murid, Sekretaris dan Bendahara. Selain itu, ada juga seksi-seksi yakni seksi keamanan, kebersihan, ketertiban dan kesenian.

Kelas IV sudah menggunakan kurikulum merdeka. Mata pelajaran yang diajarkan adalah IPAS, Matematika, PKn, B. Indonesia, B. Inggris, PJOK (Pak Riyan) Seni, PAI (Pak Abdul) dan B. Sunda. Selanjutnya kegiatan belajar mengajar berdasarkan jadwal yang berlaku dan kesepakatan kelas yang ditetapkan antara Wali kelas dan siswa.

Pengenalan Museum Multatuli Melalui Virtual Reality (VR)

Museum Multatuli, Kabupaten Lebak/sumber foto: museummultatuli.id

Virtual Reality (VR) merupakan salah satu teknologi revolusioner di era modern. VR memungkinkan pengguna atau user dapat berinteraksi dengan lingkungan yang ada dalam dunia maya yang disimulasikan oleh komputer, sehingga pengguna merasa berada dalam lingkungan tersebut. Di Amerika Serikat, VR menjadi salah satu teknologi yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Pengalaman belajar menggunakan VR membantu siswa lebih mengingat apa yang mereka lihat daripada teknik menghafal. 
 
VR saat ini telah berkembang pesat di Indonesia. VR sudah banyak digunakan dalam berbagai bidang termasuk dalam bidang wisata. Beberapa objek penting di Indonesia seperti Museum Multatuli bisa dikunjungi secara virtual. Keadaan ini tentu akan memudahkan semua orang untuk mengetahui setiap objek yang ingin dilihat dari berbagai belahan duni, meskipun tidak datang secara langsung pada objek tersebut.
 
Sekilas tentang Museum Multatuli, bahwa museum ini penting untuk dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan bagi pelajar. Dengan adanya teknologi VR, siswa tak hanya bisa membaca narasi tulisan, namun juga bisa melihat secara nyata nyata di VR. Melalui media ini tentu nuansanya lebih terasa daripada sekedar diceritakan oleh guru melalui ceramah, VR menampilkan gambar yang benar-benar nyata sehingga tidak akan membuat siswa bosan.

Museum Multatuli berada di dekat alun-alun Rangkasbitung berdekatan dengan perpustakaan Saidjah Adinda. Penamaan museum ini diambil dari seorang yang dianggap telah berjasa bagi kabupaten Lebak. Ya, nama Multatuli diambil dari seorang asisten residen Belanda yang pernah menjabat di Kabupaten Lebak. Namanya aslinya adalah Max Havelar, ia diakui telah berjasa membangkitkan kesadaran nasional Indonesia karena keberpihakannya pada pribumi.

Multatuli, nama samarannya menulis buku berjudul Max Havelar. Dalam buku tersebut, ia menulis tentang keadaan Lebak selama diduduki Belanda. Max Havelar menggambarkan keadaan masyarakat lebak saat itu sangat menderita, sehingga Belanda harus bertanggungjawab atas kondisi tersebut. Max Havelar tidak lama menjabat, namun karyanya menjadi rujukan para tokoh kemerdekaan. Nah, untuk mengenang peristiwa sejarah itu, maka didirikanlah Museum oleh pemerintah Kabupaten Lebak tahun 2018.

Kegiatan Inti Pembelajaran Menggunakan Virtual Reality di Kelas IV

Kegiatan pembelajaran ini termasuk kegiatan pembelajaran berbasiskan teknologi, siswa diajak berkunjung ke Museum Multatuli secara virtual yang ditampilkan oleh guru melalui layar proyektor. Kegiatan pembelajaran di kelas IV SDN 2 Narimbang Mulia menggunakan media VR ini mencakup perencanaan, pelaksanaan dan refleksi antara guru dan siswa.

Perencanaan:
- Guru membuat modul ajar dengan tema kunjungan ke Museum Multatuli
- Guru menyiapkan sarana seperti audio, laptop, dan proyektor.
- Siswa menyiapkan catatan untuk mencatat apa yang mereka lihat dalam layar proyektor.

Pelaksanaan:
- Guru memulai kunjungan secara virtual dengan masuk ke link web multatuli.id yang sudah disiapkan.
- Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan meklik link tersebut.
- Siswa diajak berkeliling ke museum secara virtual.
- Siswa menuliskan hal yang ditemukan selama melihat tampilan kunjungan secara virtual.

Refleksi:
Siswa dan guru bersama-sama melakukan refleksi. Refleksi ini dimulai dengan melakukan tanya jawab dan mendiskusikan tema pembelajaran tentang Museum Multatuli tersebut. Guru meminta siswa membuat laporan tentang kunjungan virtual tadi. Guru juga bisa menanyakan kesan apa yang dialami siswa selama mengikuti pembelajaran.