![]() |
Siswa kelas IV SDN 2 Narimbang Mulia, Kecamatan Rangkasbitung. |
Berdasarkan surat melaksanakan tugas dari dinas pendidikan Kabupaten Lebak, saya ditugaskan sebagai guru kelas di SDN 2 Narimbang Mulia. Apabila dihitung dari awal masuk ajaran baru pada 15 Juli 2024, hari ini pertanggal 30 Juli 2024 saya sudah masuk sebanyak 12 pertemuan.
Saya ditugaskan oleh kepala sekolah menjadi guru kelas IV (Empat). Hal yang saya lakukan dalam 12 pertemuan bulan Juli 2024 ini saya fokus melaksanakan asesmen diagnostik terhadap siswa. Hal ini dilakukan untuk mengenali karakteristik setiap siswa.
Apa itu asesmen diagnostik?
Asesmen diagnostik merupakan bagian dari impelmentasi kurikulum merdeka. Asesmen ini dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi kompetensi, gaya belajar, kekuatan, dan kelemahan siswa sehingga guru bisa merancang pembelajaran sesuai dengan kompetensi dan kondisi siswa.
Siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda, oleh karena itu guru perlu membuat strategi dan model pembelajaran yang beragam dalam kegiatan belajar mengajar. Asesmen diagnostik dapat dibedakan menjadi dua yaitu asesmen diagnostik kognitif dan asesmen diagnostik non kognitif.
Asesmen diagnostik kognitif bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa sesuai topik suatu mata pelajaran. Sedangkan asesmen diagnostik non kognitif bertujuan untuk mengukur aspek psikologis dan emosional siswa sebelum pembelajaran dimulai.
Asesmen diagnostik kognitif bisa dilakukan oleh guru setiap hari dalam semua mata pelajaran. Sedangkan asesmen diagnostik non kognitif biasanya tidak mesti dilakukan setiap hari. Guru bisa mengamati ekspresi emosi siswa atau juga meminta siswa mengekspresikan perasaanya dengan bercerita, membuat tulisan atau menggambar.
Hasil Asesmen Diagnostik di Kelas IV SDN 2 Narimbang Mulia
Berikut ini adalah hasil asesmen sekaligus observasi kelas di Kelas IV SDN Narimbang Mulia:
Pertama, siswa kelas IV memiliki gaya belajar yang berbeda-beda ada yang senang nulis, ada yang senang membaca dan ada yang senang menggambar. Namun ada beberapa siswa yang belum bisa menulis, tulisannya belum bisa dibaca, sehingga ia memgalami kesulitan untuk mengikuti pembelajaran.
Kedua, jumlah siswa kelas IV melampaui batas maksimal. Hal ini jelas akan membuat guru kewalahan dan membutuhkan pengelolaan kelas yang extra. Sedangkan menurut peraturan menteri pendidikan No 23 Tahun 2013 pasal 2 ayat (2) poin 5 menyebutkan bahwa jumlah siswa dalam setiap rombongan belajar tidak melebihi 32 orang.
Ketiga, di kelas IV ketersediaan buku mata pelajaran masih belum lengkap dan buku yang ada juga masih kurang. Di kelas untuk buku siswa kurikulum merdeka baru ada buku matematika, PKn, dan B. Indonesia, sedangkan untuk buku yang lainnya seperti buku Seni itu belum ada. Akhirnya karena keterbatasan buku tersebut, guru harus menuliskannya setiap hari di board. Namun, untuk mengatasi keterabatasan itu, untuk sementara saya coba mencari bahan di google.
Keempat, beberapa siswa di kelas IV memiliki emosi yang kurang baik, hampir setiap hari di kelas ada saja perkelahian yang disebabkan karena saling ejek antar teman. Mungkin hal tersebut adalah lumarah dilakukan anak kecil, namun apabila dibiarkan akan berdampak pada siswa yang lainnya. Meski demikian siswa kelas IV kebanyakan aktif dalam bertanya, mereka sering memunculkan sikap kritis terhadap mata pelajaran yang sedang diajarkan.
Berdasarkan temuan lapangan di atas, saya berkesimpulan bahwa yang perlu mendapatkan perhatian lebih dan yang perlu ditingkatkan dalam kegiatan pembelajaran adalah manajemen kelas. Pengarahan, pengontrolan dan pembinaan terhadap siswa perlu dilakukan secara extra dan harus lebih sabar lagi, tapi kreatif dalam menciptakan situasi belajar agar siswa didalam kelas tetap kondusif. Jadi jika diperhatikan, mereka juga tidak boleh ditinggalkan keluar ruangan oleh guru terlalu lama.
Demikian hasil asesmen ini saya uraikan, semoga mendapatkan solusi dari rekan guru lainnya untuk mengatasi kelemahan, dan tantangan-tantangan tersebut.
Tidak ada komentar