Konten [Tampil]
 
Sejarah Kademangan di Gunung Kencana.

Di dalam sistem pemerintahan Kolonial Belanda terdapat istilah Demang (Kademangan), dan Wedana (Kewedanaan). Istilah ini muncul setelah Belanda membuat kebijakan dengan melakukan pembagian wilayah administrasti di wilayah kekuasaannya khususnya di Banten.
 
Demang dan Wedana adalah struktur hirearki dalam sistem birokrasi pemerintahan kolonial Belanda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Demang adalah sebutan kepala distrik atau kepala daerah zaman pemerintahan Hindia Belanda. Sedangkan, Wedana berada di bawahnya.

Antara Demang dan Wedana itu berbeda. Perbedaanya adalah kademangan berada pada atau setigkat kepala daerah, sedangkan wedana atau kewedanaan itu dibawah Demang. Namun Wedana membawahi beberapa camat. Dengan demikian, Wedana bisa disebut kordinator kecamatan dibawah kabupaten dan diatas camat.

Kabupaten Lebak, khususnya Gunung Kencana tidak bisa dilepaskan dari pengaruh kolonial Belanda, karena merupakan bagian dari wilayah kekuasaannya. Pada masa kolonial Belanda, Gunung Kencana dulunya adalah sebuah distrik dengan kepalanya yang disebut Demang.

Tulisan ini bertujuan ingin mengetahui siapa Wedana di Kecamatan Gunung Kencana pada masa kolonial Belanda. Dalam penulisan artikel ini, penulis menggunakan metode sejarah yaitu heuristik, kritik (kritk ekstern dan kritik intern), interpretasi, dan historiografi.

Sejarah Pembagian Wilayah Administrasi

Sejarah pembagian wilayah administrasi bisa disebut bagian dari sejarah sistem pemerintahan itu sendiri. Onder-District pada zaman Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda adalah pembagian administratif di bawah onder-afdeeling (setingkat kawedanan).

Pembagian wilayah adminstratif di Indonesia, khususnya di Banten pertamakali dilakukan oleh Thomas Stamford Raffles (1811-1816). Sebelum, kemudian kekuasaan dikembalikan kepada Belanda, Rafles telah membagi Banten kedalam 4 daerah setingkat kabupaten yaitu:

  1. Kabupaten Banten Lor (Banten Utara) dipimpin oleh Pangeran Suradilaga;
  2. Kabupaten Banten Kulon (Banten Barat) dipimpin oleh Tubagus Hayudin;
  3. Kabupaten Banten Tengah dipimpin oleh Tubagus Ramlan;
  4. Kabupaten Banten Kidul (Banten Selatan) dipimpin oleh Tumenggung Suradilaga.

Inggris hanya berkuasa 5 tahun. Belanda kembali berkuasa dan kemudian merubah struktur pemerintahan di level kabupaten dengan mengganti beberapa bupati. Pengalihan kekuasaaan tersebut terjadi di Batavia pada tanggal 19 Agustus 1916.

Belanda, pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal L.P.J. Burggraaf de Bus de Gisignies (1826-1830) melakukan reorganisasi ulang. Berdasarkan Saatblad No 81 tanggal 02 Desember 1828, wilayah Banten dibagi menjadi dua bagian yaitu Banten Utara dan Banten Selatan.

Namun, karena wilayah itu masih sangat luas, maka wilayah tersebut dibagi kembali menjadi tiga kabupaten yaitu Kabupaten Utara yang beribukota di Serang, kabupaten Barat yang beribukota di Caringin dan Kabupaten Selatan yang beribukota di Lebak. Setiap kabupaten itu, dibagi-bagi lagi ke dalam distrik dan onderdistrik.

Demang Gunung Kencana

Berdasarkan penelusuran penulis dari studi kepustakaan, penunjukan Demang Gunung Kencana dilakukan setelah terjadinya peralihan kekuasaan dari Inggris kepada Belanda. Pada saat itu, pembagian wilayah administrasi masih menggunakan kebijakan Inggrris di mana Banten masih dibagi kedalam empat wilayah.

Sebelum Belanda melakukan perubahan mengenai administrasi wilayah, pertama-tama Belanda melakukan perubahan struktur pemerintahan di level kabupaten, diantaranya dengan mengganti bupati, dan salah satu bupati baru yang bertugas adalah Tubagus Jamin atau Pangeran Senajaya, sebagai bupati Banten Kidul (Banten Selatan).

Bupati Senajaya sekarang dikenal sebagai bupati Lebak pertama. Nah, pada masa bupati lebak pertama inilah terjadinya penunjukan terhadap Demang Gunung Kencana bernama Ki Sahab. Penunjukan Ki Sahab sebagai Demang di Gunung Kencana dikarenakan untuk meredam pemberontakan yang dilakukan olehnya.

Sebelum menjadi Demang, Ki Sahab adalah seorang pemberontak. Hal ini terkait dengan beragam motivasi, baik motivasi agama, politik atau ekonomi. Sahab melakukan kekacauan di Banten Kidul, bahkan ia berhasil membunuh beberapa pamong praja.

Untuk mengatasi pemberontakan tersebut, bupati Senajaya kemudian memperitahkan Ngabehi Bahu Pringga yang dikenal dengan Ki Patih untuk memadamkan pemberontakan tersebut. Ki Sahab berhasil ditangkap, namun atas permintaan Ki Patih, alhi-alih Ki Sahab dihukum, ia malah diangkat menjadi Demang Gunung Kencana.