Konten [Tampil]

 

Mantan Bupati Lebak, Hardiwinangun.

REFERESI KELAS - Peristiwa pembunuhan mantan Bupati Lebak, jarang diketahui dan terlupakan begitu saja. Bahkan tak sedikit generasi sekarang ini tidak tahu sejarah ini, yaitu mengenai peristiwa pembunuhan salah satu mantan Bupati Lebak Hardiwinangun. 

Diawali dari adanya desas-desus bahwa Banten akan berdiri sendiri, maka mantan Presiden RI Soekarno dan wakilnya Mohamad Hatta datang ke Banten. Tanggal 10 Desember 1945, Soekarno dan Hatta tiba di Rangkasbitung setelah sebelumnya mendatangi Serang.

Ketika Soekarno dan Hatta sedang berada di Rangkasbitung, pada malam harinya mantan Bupati Lebak Raden Tumenggung Hardiwinangoen didatangi beberapa orang pemuda dari "Dewan". Mereka mengatakan presiden ingin bertemu. 

Raden Hardiwinagoen pun kemudian naik dan ikut bersama mereka naik mobil yang diketahui mobil dari GEBEO. Ia mulai merasa tertipu ketika ternyata ia dibawa ke tengsi polisi Jawara yang disana telah menunggu kepala Polisi H. Muhi. Ia kemudian diikat dan dibawa ke arah Bayah.

Mengutip dari buku Sejarah Kabupaten Lebak (Nina. H, et all, 2006: 248), tepat di jembatan Cisiih ia ditembak mati dan mayatnya dilemparkan ke kali, dan dua hari kemudian mayatnya baru ditemukan oleh penduduk.

Pembunuhan Hardiwinageoen menjadi peristiwa kelam yang terjadi di Kabupaten Lebak. Pembunuhan ini terjadi diakbiatkan karena pertemuan Hardiwinangun dengan Van der Plas di Hotel des Indes, Jakarta pada bulan November 1945.

Ternyata pertemuan itu diketahui oleh para "Dewan" dan hal tersebut menjadi semakin menambah kebencian "Dewan" terhadap para priyayi, khususnya terhadap Hardiwniangoen yang dianggap sebagai kaki tangan Belanda.

Kunjungan Presiden dan Wakil Presiden serta terbunuhnya mantan Bupati Lebak, Hardiwinangoen memainkan peranan penting dalam mengubah situasi di Banten. 

Terbunuhnya mantan Bupati Lebak tersebut menyebabkan "Dewan" kehilangan banyak pendukung, terutama dari kalangan kaum ulama. 

Apalagi setelah "Dewan Rangkasbitung" menuntut pergantian Bupati Lebak, K.H Tb. Hasan, yang notabene adalah ulama pada tanggal 2 Januari 1946 dengan sebuah direktorium yang akan mengawasi semua bagian pemerintahan dan semua pasukan bersenjata.***