Konten [Tampil]
Ilustrasi Pancasila dalam Kitab Negarakertagama dan Kitab Sutasoma/foto:pixabay.com

Seperti yang kita ketahui bahwa Hari Lahirnya Pancasila diperingati pada setiap tanggal 1 Juni. Penetapan hari lahirnya Pancasila ini tidak lepas dari peristiwa sejarah yaitu pada saat Bung Karno mengemukakan gagasannya tentang dasar filsafat Negara atau yang disebut Bung Karno sebagai  Philosophische Grondslag .

Pada pertemuan terakhir sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Soekarno menyatakan dalam pidatonya dasar negara adalah  Philosophische Grondslag  atau falsafah, atau dasar membangun Negara Indonesia. Soekarno kemudian mengemukakan tentang falsafah atau dasar negara itu yaitu Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau Perikemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa. 

Gagasan yayasan negara tersebut dirumuskan Soekarno di bawah pohon Sukun, yaitu saat ia diasingkan didarah terpencil selama tahun empat di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Dalam buku berjudul Bung Karno dan Pancasila, Ilham dari Flores untuk Nusantara, Sukarno disebut memelajari lebih jauh terkait Islam hingga pluralisme.  Pada Jumat malam, Sukarno sering merenung berjam-jam di bawah pohon sukun yang menghadap langsung ke Pantai Ende.

Mungkin itu, sekilas tentang awal mula lahirnya Pancasila. Tapi tahukah kalian darimana Bung Karno mendapatkan ilham terkait gagasannya "Pancasila"? Soekarno adalah seorang sastrawan, dia telah membaca banyak buku-buku sehingga membuatnya sangat kaya akan ilmu pengetahuan. Mengenai gagasan Pancasilanya Soekarno mengutip dari catatan sejarah pada zaman kerajaan Majapahit.

Ya, Soekarno belajar dari sejarah tentang persatuan bangsa. Ia adalah seorang pencinta sejarah, maka Bung Karno pernah berpesan "JASMERAH" jangan sekali-kali melupakan sejarah. Sejarah adalah sumber doktrinasi persatuan bangsa Indonesia. Sejarah adalah identitas bangsa yang harus kita pegang teguh dalam menjunjung tinggi pesatuan bangsa. 

Pancasila dalam Kitab Negarakertagama dan Kitab Sutasoma 

Salah satu tahap berdirinya negara kebangsaan Indonesia adalah zaman Majapahit. Dibawah panji Majapait, kesatuan wilayah Nusantara terwujud berkat Sumpah Palapa. Sumpah Palapa merupakan sumpah yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada untuk menyatukan Nusantara pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. 

Sejak zaman Majapahit istilah Pancasila telah dikenal. Istilah tersebut terdapat dalam Kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca dan Kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular. Dalam Kitab Negarakertagama, terdapat pernyataan yang berbunyi “ yatnanggegwani pancacila kertasangkarabhisekaka kakrama ”. Artinya raja menjalankan dengan setia kelima celana (Pancasila) itu, demikian juga dalam berbagai upacara ibadah dan dalam berbagai penobatan. 

Sementara itu, dalam Kitab Sutasoma ditunjukan bahwa istilah Pancasila dalam bahasa Sanksekerta mengandung dua pengertian. Pertama, Pancasila dengan huruf " i " yang dibaca pendek (Pancasila) berarti "berbatu kirim yang lima". Pemahaman inilah pengertian Pancasila yang disampaikan oleh Soekarno pada 1 Juni 1945. 

Kedua, pancacila (dibaca: pancasyila ) berarti lima tingkah laku yang utama atau pelaksanaan kesusilaan yang lima (Pancasila Krama), yaitu tidak boleh melakukan kekerasan, tidak boleh mencuri, tidak boleh berjiwa dengki, tidak boleh berbohong serta tidak boleh meminum minuman keras yang memabukan .   

Nah, di dalam kedua kitab tersebut, tampak bahwa Pancasila merupakan pedoman tingkah laku. Hal ini berbeda dengan Pancasila yang telah dijadikan dasar negara melalui rangkaian proses penyempurnaan. Pancasila yang telah disepakati bersama menjadi dasar negara tidak hanya terbatas pada pedoman perilaku, tetapi lebih luas dan filosofis. ***