Konten [Tampil]
Overthinking/sumber foto:pixabay.com

Overthinking merupakan pikiran yang berlebihan terhadap sesuatu. Orang yang sering overtinking disebut dengan overthinker. Mereka akan selalu mengalami kondisi yang mana pikirannya terus merasa takut dan khawatir terhadap berbagai hal. 

Psikolog Wirdatul Anisa mengatakan, overthinking menggunakan terlalu banyak waktu untuk memikirkan suatu hal dengan cara merugikan, yang dapat berupa ruminasi dan khawatir. 

Ruminasi merupakan kecenderungan untuk terus memikirkan hal yang telah berlalu. Sedangkan khawatir adalah kecenderungan memikirkan prediksi yang negatif. 

Ternyata, overthiking mempunyai beberapa tipe. Nah, kalau kamu termasuk tipe orang yang suka overthinking, di bawah ini ada beberapa tipe overthinking yang perlu kamu pahami. Yuk, simak penjelasannya.

Worried Person 

Ikustrasi/khawatir (pixabay.com)

"Terlalu berlebihan dalam memikirkan skenario buruk yang akan terjadi dalam hidup,"

Worried Person artinya orang yang suka khawatir atau cemas. Orang yang khawatir akan memiliki perasaan takut atau khawatir yang normal ketika menghadapi situasi yang menimbulkan rasa takut atau khawatir. 

Namun, jika perasaan cemas tersebut tidak terkendali dan mengganggu aktivitas sehari-hari, maka dapat dikatakan sebagai gangguan kecemasan (anxiety disorder).

Worthlessness

Perasaan tidak berharga/pixabay.com.

"Merendahkan diri sendiri atau terlalu berlebihan memikirkan bahwa dirinya tidak berharga,".

Worthlessness, juga dikenal sebagai perasaan tidak berharga, adalah kondisi ketika seseorang merasa tidak berharga, putus asa, dan tidak berguna. 

Perasaan ini cenderung membuat orang merasa tidak berarti dan dapat berakibat pada depresi, rasa tidak berdaya, dan keputusasaan.

Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa kecil yang tidak menyenangkan, kegagalan, stres, dan trauma. 

Orang yang mengalami perasaan tidak berharga cenderung mengaitkan tanggung jawab baik secara eksternal maupun internal, menganggap diri mereka sendiri sebagai penyebab masalah yang terjadi. 

Kondisi ini dapat berakibat pada tekanan yang signifikan, membuat sulit untuk beraktivitas secara normal dalam kehidupan dan menghambat motivasi untuk mencapai tujuan.

Indecisiveness

Keraguan/pixabay.com.

"Terlalu memusingkan hal-hal kecil atau ragu-ragu dalam mengambil keputusan,".

Indecisiveness, dalam bahasa Indonesia disebut sebagai keraguan, adalah kecenderungan untuk menghindari situasi pengambilan keputusan atau tanggung jawab. 

Orang yang indecisive cenderung tidak dapat membuat keputusan dengan jelas dan seringkali berpikir terlalu lama sebelum mengambil tindakan. 

Indecisiveness dapat berupa rasa takut atau ragu-ragu dalam mengambil keputusan, yang dapat menghambat kemampuan seseorang untuk berbuat sesuatu.

Rumination

Berpikir berlebihan tentang masa lalu. /pixabay.com.

"Terus-terus memikirkan kejadian di masa lalu sehingga membuat stress,".

Rumination adalah suatu proses berpikir yang berulang dan berlebihan tentang pengalaman masa lalu, yang dapat berupa refleksi yang tidak seimbang. Hal ini dapat menghambat kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah, serta mempengaruhi produktivitas dan intervensi. 

Rumination dapat disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan, biologis, dan psikologis, seperti pengasuhan orangtua yang tidak baik, harapan sosial budaya, dan stres interpersonal.

Mindreading

Ilustrasi/pixabay.com

"Selalu membuat asusmsi tentang apa yang orang lain katakan,".

Mind reading, dalam konteks komunikasi, merujuk pada kecenderungan untuk mengasumsikan atau mencoba membaca pikiran orang lain tanpa informasi yang jelas atau bukti langsung. 

Kondisi Ini dapat terjadi ketika seseorang mengira mereka tahu apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh orang lain tanpa meminta penjelasan atau informasi yang jelas. 

Contoh dari mind reading adalah ketika seseorang mengatakan, "Atasan saya tidak pernah peduli dengan hasil pekerjaan saya," tanpa memiliki bukti langsung bahwa atasan tersebut tidak peduli. 

Mind reading dapat berdampak negatif karena seseorang yang melakukan mind reading dapat salah paham dan mengambil tindakan yang keliru, memperparah keadaan. 

Untuk mengatasi mind reading, cara yang efektif adalah dengan menggunakan pola pertanyaan pembuka yang membantu klarifikasi pola pikirannya, seperti "Bagaimana kamu tahu …? atau kenapa kamu berpikir seperti itu?".

Hopelesness

Ilustrasi/pixabay.com

Hopelessness adalah keadaan yang menyebabkan seseorang mengalami ketertekanan, ketidaksanggupan individu dalam memikirkan masa depannya, melakukan sesuatu yang berarti dalam hidupnya, dan memberdayakan dirinya sendiri. 

Bentuk perilaku hopelessness yang ditunjukkan dapat berupa kesulitan berkonsentrasi, bermalas-malasan, tidur di kelas, melamun, gelisah, dan lain-lain. 

Hopelessness dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti alasan siswa tinggal di pondok pesantren, beban belajar, ketidakmampuan bersosialisasi, dan siswa cenderung tertutup. 

Penanganan hopelessness dapat dilakukan dengan konseling individu yang melibatkan langkah-langkah seperti persiapan, menciptakan suasana konseling, membuka kesempatan kepada konseli untuk menceritakan masalahnya, memberi tanggapan atas masalah konseli, dan pengakhiran.