![]() |
Ilustrasi filsafat dan agama/fixabay.com. |
Ada orang yang mengatakan, dia adalah teman saya tapi tidak harus saya sebutkan namanya. Suatu ketika kami berdiskusi tentang filsafat, namun ketika saya mengutip ayat Al-Qur'an dalam memperkuat argumen saya, teman saya mengatakan bahwa "berakhirnya diskusi kita kalau sudah membawa-bawa agama, katanya.
Pandangan tersebut keliru, seolah-olah agama itu tidak boleh dikaitkan dengan filsafat. Saya tidak tahu, apakah agama yang tidak membutuhkan filsafat atau filsafat yang tidak membutuhkan agama. Agama itu mengajarkan agar kita berpikir benar, dan tujuan filsafat juga sama bahwa kita perlu berdiskusi untuk menemukan logika yang benar. Tapi kenapa agama dianggap anti filsafat?
Kita terkadang memang masih kliru terhadap filsafat. Hingga saat ini, masih saja beranggapan bahwa filsafat itu harus dipisahkan dari agama, ada yang mengatakan filsafat itu anti agama dan ada pula yang mengatakan bahwa filsafat itu dapat menyebankan orang yang beragama (ateis). Disinilah perlunya membahas hubungan antara filsafat dan agama.
Filsafat dan Agama
Berfilsafat itu adalah perintah agama. Hakikat filosofi itu melatih kita untuk berpikir yang benar dan berpikir benar itu perintah agama. Banyak ayat Al-Qur'an yang mengajarkan kita untuk berpikir benar. Contohnya, "Afala ta'qiluun,", dan "Afala tatafakkaruun," (Apakah kalian tidak menggunakan akal?, Apakah kalian tidak berpikir).
Wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW adalah “ Iqra ” yang artinya “bacalah”. Apa yang dibaca ketika Al-Qur'an pada saat itu belum ada? Artinya Allah memerintahkan Nabi Muhammad termasuk kita semua yang mengaku sebagai umatnya untuk berpikir (membaca teks dan membaca konteks/situasi).
Membaca itu bukan hanya membaca teks, tetapi juga kontekstual. Apa yang kita lihat tentang alam semesta ini, pikirkan dan tanyakan. Salah satu dasar dari berpfilsafat adalah pandangan segala yang ada. Frans Magnis Suseno dalam bukunya Filsafat Kritis mengatakan bahwa "manusia adalah makhluk yang bertanya".
Kita terus bertanya, hingga kita menemukan jawaban yang benar. Dan disiplin ilmu yang mengajar kita untuk berpikir benar itu adalah filsafat. Kebanyakan orang yang tidak mengerti filsafat hanya mengartikan bahwa kita beragama hanya tentang ringkasan tentang tuhannya, tapi perintah untuk berpikir benar hampir tidak dipikirkan.
Orang mungkin boleh saja jika tidak menyukai bidang kajian filsafat, itu tidak masalah. Tapi orang tidak boleh tidak suka berpikir yang benar, karena berpikir benar itu adalah kewajiban kita. Kita diwajibkan untuk mencari ilmu dan itu kewajiban kita sebagai makhluk yang memiliki akal.
Menggunakan akal itu wajib bagi semua manusia dalam mencari ilmu, karena tidak ada proses mencari ilmu tanpa berpikir. Semua ilmu menuntut untuk berpikir yang benar.
Kata akal berasal dari bahasa Arab yaitu al-'aql, dari bentukan kata "aqala, ya'qilu, 'aqalan , yang bermakna fahima wa tadabbara atau faham/memahami dan menghayati/merenungkan dengan dalam. Akal merupakan kelebihan yang diberikan Allah SWT kepada manusia.
Apakah Belajar Filsafat Bisa Jadi Ateis?
Pertanyaan ini terkadang masih dipertanyakan. Bahkan dulu teman saya bercerita pada saya, bahwa ada teman satu kampus senang belajar filsafat, dan semakin kisini katanya dia semakin jarang sholat? Saya bertanya apa hubungannya sama filsafat?
Kalau memang benar filsafat telah menyebabkan banyak mahasiswa ateis, saya yakin mata kuliah filsafat bahkan jurusannya akan dihapuskan di kampus. Tapi faktanya hingga sekarang mata kuliah filsafat di semua jurusan menjadi mata kuliah umum yang wajib diajarkan kepada mahasiswa.
Ada yang belajar filsafat jadi eteis, Ada yang belajar filsafat jadi religius, Ada yang belajar filsafat jadi antiagama, ada pula yang jadi sangat beragama. Sebetulnya, sama seperti orang yang belajar agama. Ada yang masuk aliran sesat, ada yang aliran lurus. Sebenanrnya aliran itu sama saja. Bukan salah agamanya. Dasarnya adalah satu yaitu berpikir yang benar, jadi aliran itu disebut sesat mungkin cara berpikirnya yang tidak benar (cacat logika).
Mengapa dalam Islam ada berbagai macam aliran atau golongan? padahal tuhannya sama (Allah) Nabinya juga sama, dan pedomannya juga sama (Al-Qur'an dan Hadist). Ini bukan salah apa yang dipelajarinya tapi cara belajarnya (berpikirnya) yang salah.
Tapi ada yang mengeluh, belajar filsafat itu bang berat! Ya berat karena memang bukan bidangnya, atau karena memang tidam mengerti. Karena kita tidak mau mendalaminya, makanya rasanya berat. Tapi kalau kita mendalaminya, sebenarnya sama saja seperti bidang keilmuan yang lain.
Maka cara memahami agama dalam filsafat kembali pada arti filsafat itu sendiri yaitu bijaksana. Pertama-tama kita mengaku dengan sadar bahwa kita adalah makhluk yang tak berdaya, tidak tahu apa-apa, tidak mengerti apa-apa. Kedua, tanamkan dalam diri kita cinta, cinta akan kebenaran, cinta akan kejujuran, cinta akan kebijaksanaan, dan selanjutnya cinta ilmu pengetahuan, teruslah belajar.
"Mencari ilmu adalah wajib bagi setiap muslim," demikian kata Rosulullah SAW.
Tidak ada komentar